Prof. Dr. H. Ahmad M. Sewang, M.A

"PENYAIR DALAM PANDANGAN HUSNI DJAMALUDDIN BAHASAN ANTOLOGI PUISI: Karya Hamdan, Mahasiswa UIN Alauddin Oleh Ahmad M. Sewang Dalam dunia keilmuan, hampir semua bidang memiliki keterkaitan satu sama lain. Ilmu sastra, misalnya, merupakan salah satu ilmu bantu dalam kajian sejarah. Seorang sejarawan yang baik bukan hanya menyajikan fakta, tetapi juga mampu menghidupkan peristiwa dalam tulisannya, seolah

pembaca dapat menyaksikan langsung kejadian yang diceritakan. Hal ini mirip dengan seorang reporter sepak bola yang melaporkan jalannya pertandingan secara rinci, sehingga pendengar di luar stadion bisa ikut merasakan atmosfer pertandingan tersebut. Kemampuan semacam ini hanya bisa dicapai dengan penguasaan sastra yang baik, yang sering kali dimulai dengan keterampilan menulis puisi. Puisi, meskipun

singkat, mengandung makna yang luas dan dalam. Oleh karena itu, menulis puisi yang baik membutuhkan kecerdasan; seseorang yang kurang memahami makna kata dan estetika bahasa akan kesulitan dalam merangkai puisi yan bermakna. Kenapa adik Hamdan mempercayakan pada saya membahas Antologi Puisinya? Pada hal saya merasa seorang yang masih belajar. Padahal saya merasa orang yang baru belajar dan dalam rangka

belajar itu sekali-sekali saya menulis puisi. Kumpulan puisi itu saya jadikan buku dan mengundang para penyair, seperti Ishak Ngelyaratan dan Dr. Aswar Hasan membalasnya. Mungkin dari satu Adik Hamdan melihatnya dan menyimpulkan untuk turut berkontribusi membahas Antologi Puisinya. PENYAIR DALAM PANDANGAN HUSNI DJAMALUDDIN Dalam dunia kepenyairan, Husni Djamaluddin, yang dikenal sebagai

"Panglima Puisi," membagi penyair ke dalam dua kategori: 1. Penyair Rekreatif, yaitu mereka yang mendeklamasikan puisi karya orang lain. Ini serupa dengan seorang penyanyi yang membawakan lagu ciptaan orang lain, seperti menyanyikan lagu Begadang karya Rhoma Irama di taman rekreasi. 2. Penyair Kreatif, yaitu mereka yang membawakan puisi hasil karyanya sendiri. Jika Hamdan membaca puisinya

sendiri di hadapan publik, ia termasuk dalam kategori ini. Analogi lain adalah Rhoma Irama yang menyanyikan lagu dangdut hasil kreasinya sendiri, yang membuatnya dikenal sebagai penyanyi kreatif. Saya berpandangan bahwa dunia kepenyairan memiliki manfaat besar dalam memahami kehidupan dan menangkap esensi peristiwa yang terjadi di tengah masyarakat. Menjadi seorang penyair yang baik membutuhkan

beberapa persyaratan utama: 1. Memiliki wawasan luas dan kepekaan sosial Seorang penyair kreatif harus memiliki ketajaman berpikir dan wawasan yang luas. Ia bukan hanya harus cerdas secara intelektual, tetapi juga peka terhadap dinamika sosial. Tanpa kepekaan tersebut, puisinya akan terasa hambar dan tidak meninggalkan kesan mendalam bagi pembaca maupun pendengar. 2. Mampu memilih diksi yang tepat.

Pemilihan kata dalam puisi harus melalui seleksi yang cermat. Setiap kata yang digunakan harus memiliki makna yang kuat, tanpa ada yang terbuang sia-sia. Dengan demikian, puisi akan lebih berdaya guna dan bermakna. Dalam pandangan saya, seni tidak bisa dilepaskan dari aspek moralitas. Saya tidak menganut mazhab formalisme yang berpandangan bahwa "seni untuk seni" (art for the sake of art).

Bagi saya, ilmu, agama, dan seni adalah tiga bidang kehidupan yang saling berkaitan: > "Dengan ilmu, hidup menjadi lebih mudah dan nyaman; dengan agama, hidup menjadi lebih terarah dan bermakna; dengan seni, hidup menjadi lebih halus dan indah." Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam QS. Asy-Syu'ara: 225–227, yang membedakan antara syair yang dilarang dan syair yang

diperbolehkan. Syair yang hanya memperturutkan hawa nafsu dilarang, sedangkan syair yang mendekatkan diri kepada Allah dibolehkan. Menelisik Antologi Puisi Hamdan Dalam antologi puisi karya Hamdan, saya menemukan beberapa puisi yang sangat abstrak, sehingga sulit dipahami kecuali oleh penyairnya sendiri. Teknik semacam ini telah diperkenalkan oleh Sutardji Calzoum Bachri, seorang penyair besar dari

Riau, yang dikenal dengan pendekatan eksperimentalnya terhadap puisi. Salah satu ciri khas puisi Sutardji adalah teknik pemutusan kata, di mana kata-kata dipecah menjadi suku kata atau dibalik strukturnya, sehingga maknanya berubah atau bahkan menjadi samar. Sebagai contoh, dalam puisinya berjudul Q, ia menggunakan huruf alif lam mim, yang dalam Al-Qur'an maknanya hanya diketahui oleh Allah.

Sutardji memutus kata-kata ini untuk menyiratkan ketidaktahuan manusia dalam menafsirkannya, seolah-olah maknanya menjadi sia-sia jika dipahami secara harfiah. Berikut adalah kutipan puisinya: > Q    !    !  !    !    !    lif    !    !  Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm 1111111111111 mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm Pemutusan kata dalam puisi ini menciptakan kesan

bahwa maknanya hanya diketahui oleh sang penyair. Teknik semacam ini juga ditemukan dalam antologi puisi Hamdan, terutama pada halaman 91 dengan judul: > Alif lam ha lam alif alif lam ha alif lam alif alif lam lam ha laa... I... laa...ha... i...lla...al laa... hu... la... ilaaha... illa.... allah... Puisi ini juga menggunakan teknik pemutusan kata yang membuat maknanya hanya bisa dipahami oleh

penyairnya sendiri. Namun, berbeda dengan Sutardji yang mengangkat unsur eksperimental secara murni, puisi Hamdan tampaknya memiliki dimensi spiritual yang lebih dalam. Catatan Akhir Puisi bukan sekadar rangkaian kata yang disusun secara estetis, tetapi juga memiliki kekuatan untuk menyampaikan gagasan, emosi, dan bahkan nilai-nilai spiritual. Seorang penyair harus mampu memilih diksi yang tepat dan

menghadirkan makna yang bisa dipahami oleh pembacanya. Jika sebuah puisi terlalu abstrak hingga hanya bisa dimengerti oleh penyairnya sendiri, maka ia kehilangan daya komunikatifnya sebagai karya sastra. Dalam hal ini, Hamdan telah menunjukkan keberanian dalam bereksperimen dengan bentuk dan makna. Meskipun masih dalam tahap belajar, eksplorasi ini merupakan langkah awal yang baik menuju kedewasaan

dalam berkarya. Dengan terus memperdalam pemahaman tentang puisi dan memperkaya pengalaman estetikanya, ia berpeluang menjadi penyair kreatif yang mampu menggugah perasaan dan pemikiran pembacanya. Wasalam, Kompleks GFM, 5 Feb. 2025"