.jpeg"])
.jpeg)
"PENGARUH TRADISI SEMUA AGAMA DALAM KEHIDUPAN REMAJA by Ahmad M. Sewang Saya merasa beruntung dalam hidup sebab bisa menemani perjalanan hidup Husni Djamaluddin yang sangat kaya, walau satu episode, antara tahun1979- 1982 di jalan Maipa sekitar Masjid Aqsha. Di sana saya banyak berinteraksi dengan almarhum lewat berjama'ah dan Pengajian Aqsha sambil belajar pada beliau. Suasana itu kelihatannya
tidak lama, tapi saya terasa sangat padat sebagai tempat belajar berbagai hal. Begitu dekat sehingga masalah yang bersifat privat pun diperbincangkan, sampai ketika ingin melamar untuk mendapatkan pasangan hidup, beliaulah yang pergi melamar dan berangkat dari rumah beliau. 2. Kedekatan saya dengan beliau, karena kami satu jamaah di Masjid Aqha yang rajin berjamaah, Magrib. Biasanya selasa shalat
Magrib kami tidak langsung pulang ke rumah bahkan menggunakan serambi Masjid Aqsha sebagai tempat mendengar petuah. Beliau kami tempatkan sebagai senior yang kaya pengalaman, tempat bertanya berbagai hal, sebaliknyanya kami menempatkan diri sebagai junior dan murid tempat beliau mendengar banyak masalah. Sebagian peristiwa itu saya masih ingat dan sebagian sudah menguap dalam ingatan. Betapa tidak
kejadian itu sudah lebih 40 tahun lewat. Di antara kisahnya yang selalu saya ingat seperti judul artikel pada tulisan hari ini, yaitu tentang pengaruh tradisi semua agama dalam kehidpan seorang remaja, seperti: 1. Islam: sejak remaja sudah dibiasakan bertablig di mimbar Masjid sebagai bagian dari ibadah. Kebiasaan bertablig itu mengantarkan para remaja Islam yang rata-rata ahli dalam beretorika atau
ahli pidato ketika menjadi dewasa. 2. Kristen: sejak remaja sudah dibiasakan menyanyi kidung di gereja sebagai bagian dari ibadah. Sehingga banyak di antara mereka jadi musikus tingkat nasional yang awalnya penyanyi gereja. 3. Hindu: juga demikian, mereka sejak remaja sudah dibiasakan menari, misalnya Tari Sanghyang adalah tari sakral sebagai bagian dari Ibadah mereka, merupakan tari kerauhan karena
kemasukan roh, baik roh dedari maupun roh binatang yang memiliki kekuatan gaib. Tari ini merupakan warisan budaya pra-Hindu yang bertujuan menolak bala. Tari sanghyang merupakan tarian komunikasi spritual dari warga masyarakat dengan alam gaib dengan menyanyikan tembang-tembang pemujaan dengan iringan tetabuhan. Setelah dewasa mereka berubah jadi penari komersial dalam setiap perhelatan Nasional.
Demikian kisah almarhum Husni Djamaluddin yang masih saya ingat. Dan azan Isya pun mulai terdengar dari muazzin yang artinya sudah selesai berkisah dan pertanda salat Isa akan dimulai. Wasalam, Kompleks GPM, 7 Feb. 2025"