Prof. Dr. H. Ahmad M. Sewang, M.A

"SEPAK BOLA DALAM PANDANGAN HUSNI DJAMALUDDIN Oleh Ahmad M. Sewang Pada suatu hari sekitar tahun 1981, saya mendapat tugas sebagai khatib di Masjid Aqsha. Di antara jamaah yang hadir, terdapat sahabat sekaligus guru saya, Husni Djamaluddin. Seusai salat Jumat, beliau mengundang saya untuk makan siang di sebuah restoran di Jalan Kajao Lalido, tidak jauh dari SMP Islam Athirah yang dibina oleh Yusuf

Kalla. Ketika tiba di restoran, ternyata sudah ada Roni Pattinasarani, seorang pelanggan tetap di sana. Saat itulah saya baru mengetahui bahwa Husni bukan sekadar penggemar sepak bola, tetapi juga memiliki pemahaman mendalam tentang dunia persepakbolaan. Sepanjang makan siang, perbincangan antara Husni dan Roni Pattinasarani—yang dikenal sebagai pemain sepak bola nasional—hanya berkisar pada sepak

bola. Husni mampu mengikuti irama pembicaraan dengan sangat baik, menunjukkan betapa luas wawasannya dalam bidang ini. Dari pertemuan itu, saya menyadari bahwa untuk menjadi seorang wartawan, apalagi penulis opini di surat kabar, seseorang harus memiliki wawasan luas dan pemahaman mendalam tentang berbagai aspek kehidupan—seperti yang dimiliki oleh Husni Djamaluddin. Profesinya sebagai wartawan

menuntutnya untuk selalu memperkaya pengetahuan di berbagai bidang. Dari diskusi antara Roni Pattinasarani dan Husni Djamaluddin, saya mendapatkan beberapa pelajaran berharga, khususnya mengenai pembinaan sepak bola profesional: Pembinaan Sepak Bola Profesional 1. Dimulai Sejak Dini Pembinaan pemain profesional harus dimulai sejak usia dini, idealnya pada umur 11 tahun. Dengan demikian, pada usia 15

tahun mereka telah melewati tahap pengembangan teknik, fisik, dan pola pikir yang matang. 2. Pengembangan Teknik Pemain harus menguasai berbagai teknik dasar, seperti menggiring, menendang, mengoper, menyundul, serta cara merebut bola dengan efektif. 3. Pengembangan Fisik Kondisi fisik yang prima sangat diperlukan dalam sepak bola. Latihan fisik seperti angkat beban, bench press, lunge, barbell

squat, box jump, serta latihan koordinasi sangat membantu meningkatkan kebugaran pemain. 4. Pembentukan Pola Pikir Selain keterampilan fisik dan teknik, pemain juga harus memiliki pola pikir yang baik, disiplin, serta kemampuan beradaptasi dengan berbagai gaya kepelatihan. 5. Kecerdasan Permainan dan Kerja Sama Tim Pemain yang cerdas dalam membaca permainan akan lebih mudah memahami strategi dan

taktik yang diterapkan oleh pelatih. Selain itu, mereka juga harus mampu bekerja sama dengan rekan satu tim untuk mencapai kemenangan. 6. Sarana dan Prasarana yang Memadai Keberhasilan pembinaan sepak bola profesional juga sangat bergantung pada tersedianya fasilitas yang memadai, seperti lapangan berkualitas, gawang standar, serta ruang ganti pemain yang layak. Dengan pembinaan yang tepat, pada usia

18 tahun seorang pemain sudah siap memasuki dunia sepak bola profesional. Penutup Jika kita menginginkan pemain sepak bola Indonesia yang dapat bersaing di tingkat dunia, maka pembinaan harus dimulai sejak dini dan dilakukan secara serius. Sudah saatnya kita mempertimbangkan pendirian sekolah olahraga yang fokus pada pembinaan sepak bola, sebagaimana yang telah dilakukan di negara-negara Eropa dan

Amerika Latin. Hanya dengan cara ini, sepak bola Indonesia dapat berkembang dan diperhitungkan di kancah internasional. Wassalam, Kompleks GFM, 9 Februari 2025"