

"Ramadhan ; "kepompong spiritual" Pribadi Muslim. Oleh : Kang Iman Trainer MSI Training Center. Ramadhan adalah bulan transformasi, layaknya kepompong yang mengubah ulat menjadi kupu-kupu. Selama sebulan penuh, kita menjalani proses penyucian diri melalui ibadah, introspeksi, dan pengendalian hawa nafsu. Jika dijalani dengan sungguh-sungguh, Ramadhan mampu membawa perubahan besar dalam
diri kita, sebagaimana ulat yang menjalani fase kepompong sebelum akhirnya terlahir sebagai kupu-kupu yang indah. Di awal Ramadhan, kita mungkin masih seperti ulat—terjebak dalam kebiasaan lama, kesibukan duniawi, dan nafsu yang sulit dikendalikan. Namun, puasa mengajarkan kita untuk berhenti sejenak, menahan diri, dan fokus pada perbaikan spiritual. Kita masuk ke dalam "kepompong"
Ramadhan, tempat kita merenung, memperbaiki kesalahan, dan mendekatkan diri kepada Allah. Dalam fase ini, kita memperbanyak ibadah, mengontrol amarah, menjaga perkataan, serta meningkatkan kepedulian terhadap sesama. Proses ini mungkin terasa sulit dan menantang, tetapi seperti kepompong yang tampak diam namun sebenarnya sedang mengalami perubahan besar, Ramadhan bekerja mengubah hati dan jiwa
kita secara perlahan. Ketika Ramadhan berakhir, idealnya kita keluar sebagai pribadi yang baru—layaknya kupu-kupu selepas dari kepompongnya. Jika sebelumnya kita mudah terbawa hawa nafsu, kini kita lebih tenang dan sabar. Jika sebelumnya kita lalai dalam ibadah, kini kita lebih disiplin. Jika sebelumnya kita kurang peduli terhadap orang lain, kini hati kita lebih peka dan dermawan. Namun,
yang terpenting adalah bagaimana kita menjaga perubahan ini. Kupu-kupu tidak kembali menjadi ulat setelah keluar dari kepompongnya, begitu pula kita tidak boleh kembali pada kebiasaan lama setelah Ramadhan berakhir. Transformasi sejati adalah ketika kebiasaan baik yang kita bangun selama Ramadhan tetap bertahan sepanjang tahun, menjadikan kita pribadi yang lebih baik secara berkelanjutan. Ramadhan
adalah kepompong spiritual yang Allah berikan kepada kita setiap tahun. Tinggal kita sendiri yang menentukan: apakah kita benar-benar siap berubah menjadi kupu-kupu, atau kembali menjadi ulat setelah semuanya berlalu?"