Prof. Dr. H. Ahmad M. Sewang, M.A

"IMAJINASI HUSNI TENTANG KERUSAKAN DI MASYARAKAT Oleh Ahmad M. Sewang Suatu subuh dalam acara Pengajian Aqsha, pada sesi tanya jawab, Husni Djamaluddin mengungkapkan imajinasinya tentang betapa rendahnya tingkat kepercayaan di masyarakat. Ia membayangkan bahwa bahkan orang yang berbuat baik pun bisa dicurigai. Dalam bentuk kisah naratif, Husni mengilustrasikan keadaan tersebut melalui seorang anak

yang ingin melanjutkan sekolah dari SD ke SMP. Karena keterbatasan biaya, ia pun menulis sepucuk surat yang ditujukan kepada Tuhan: Kepada Allah SWT, Yang Maha Kuasa "Ya Allah, saya ingin melanjutkan sekolah dari SD ke SMP semata-mata untuk mengabdi kepada-Mu. Untuk itu, saya mengharapkan bantuan sebesar sepuluh ribu rupiah, itu sudah cukup bagiku." Wassalam, Hamba-Mu Surat ini kemudian

sampai di kantor pos. Para petugas yang menyortir surat merasa bingung karena ini kali pertama mereka menerima surat dengan alamat yang tak biasa: Kepada Allah Yang Maha Kuasa. Tak tahu harus berbuat apa, mereka akhirnya membawa surat itu ke kantor polisi. Di kantor polisi, kebingungan yang sama muncul. Namun, rasa iba mengalahkan keraguan mereka. Para polisi pun berinisiatif mengumpulkan sumbangan

untuk membantu anak itu. Sayangnya, dana yang terkumpul hanya separuh dari permintaan, yakni lima ribu rupiah. Meski demikian, mereka tetap mengirimkan bantuan itu kepada si anak. Setelah menerima surat balasan beserta uangnya, anak itu pun membalas surat tersebut dengan alamat yang sama. Kali ini, isi suratnya berbunyi: "Ya Allah, jika Engkau berkenan membalas suratku, mohon jangan lagi melalui

polisi, karena mereka telah memotong bantuan-Mu hingga 50%." Bagi Husni Djamaluddin, kisah ini mencerminkan kenyataan pahit di masyarakat kita—bahkan niat baik pun tak luput dari prasangka dan kecurigaan. Sebagai sosok sentral dalam Pengajian Aqsha, Husni Djamaluddin selalu dinantikan kehadirannya. Jika ia tiba-tiba harus berangkat ke Jakarta, misalnya, banyak jamaah yang langsung

mempertanyakan ketidakhadirannya. Bisa dikatakan, ia telah menjadi ikon dalam pengajian ini. Pengajian ini sendiri dikelola oleh para dokter dan akademisi, dengan kepengurusan yang solid. Ketua pengajian adalah dr. M.N. Anwar, SKM, didampingi oleh Prof. Dr. Amiruddin Aliah, Prof. Dr. Halim Mubin, dan beberapa tokoh lainnya. Saya sendiri dipercaya sebagai Sekretaris Harian, dan dengan penuh keyakinan,

saya melihat mereka sebagai orang-orang yang tulus dalam pengabdiannya. Wassalam, Kompleks GFM, 2 Februari 2025"